Hisab Rukyah Masjid Agung Jawa Tengah, Sedang mempersiapkan alat rukyahtul hilal (Dok. JAWABAN.COM/Heru Sofyan) |
PESAN DAKWAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIAH (hubungan Ilmu Dakwah dan Ilmu Falak)
JAWABAN.COM- Seorang pendakwah tidak akan berhasil menyampaikan pesan-pesannya, jika tidak menghubungkan ilmu dakwah dengan ilmu lain sebagai pendukung kuat dalam pembahasan materi yang dibawakan. Oleh karena itu, dalam tulisan kali ini akan membahas relasi ilmu dakwah dengan ilmu falak. Mungkin banyak yang belum mengerti atau bahkan asing dengan ilmu falak. Ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang benda benda langit yang fokus pada kajian bumi, bulan, dan matahari. Sebelum kita fokus kepada pembahasan sesuai dengan judul, alangkah baiknya kita berkenalan dahulu dengan pengertian dua bidang keilmuan ini.
Pengertian Dakwah
Banyak orang mengartikan dakwah adalah kegiatan berbicara di depan khalayak umum dengan tema keagamaan. Namun sebenarnya arti dakwah lebih dari itu, kata dakwah sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu da’a-yad’u-da’watan yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil. Jadi, ilmu dakwah adalah ilmu yang dipelajari dengan tujuan bisa mengajak, menyeru, memanggil umat Islam ke jalan kebaikan dan menjauhi jalan yang buruk, baik dengan seruan berupa perkataan lisan, tulisan ataupun melalui tindakan.
Dalam pengertian lain dari sumber buku Komunikasi Dakwah yang ditulis oleh Dr. Bambang S. Ma’arif, menjelaskan bahwa dakwah merupakan suatu aktivitas untuk mengajak orang kepada ajaran Islam yang dilakukan secara damai lembut konsisten dan penuh komitmen. Dakwah Islam meliputi ajakan, keteladanan, dan tindakan konkret untuk melakukan tindakan yang baik bagi keselamatan dunia dan akhirat.
Pengertian dakwah juga tertulis dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 125 yaitu:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Pada intinya, dakwah adalah menyeru sesama untuk lebih dekat ke jalan Allah SWT. Dakwah juga sebagai petunjuk bagi orang-orang yang tersesat dari jalan Allah SWT.
Pengertian Ilmu Falak
Secara singkat sudah dijelaskan diatas bahwa ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang benda benda langit yang fokus pada kajian bumi, bulan, dan matahari. Dalam buku Ilmu Falak Praktis yang di tulis oleh Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag, menjelaskan bahwa kata falak berasal dari bahasa Arab فلك yang mempunyai arti orbit atau lintasan benda-benda langit (madar al-nujum). Dapat didefinisikan bahwa ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit, diantaranya bumi, bulan, dan matahari.
Dalam penjelasan lain juga dijelaskan bahwa ilmu falak dapat disebut ilmu astronomi, karena didalamnya membahas tentang bumi dan antariksa (kosmografi). Bedanya jika ilmu falak adalah ilmu yang dipelajari oleh umat Islam untuk keperluan ibadah, seperti matahari, bulan, dan bumi dalam tinjauan posisinya sebagai akibat dari gerakannya (astromekanika). Kemudian pokok dasar bahasannya meliputi, penentuan arah kiblat, penentuan awal waktu salat, penentuan awal bulan, dan penentuan gerhana bulan dan matahari.
Bisa diartikan bahwa ilmu falak adalah ilmu astronominya orang iIslam yang sudah ada sejak zaman Nabi Idris As. Dimana ilmu ini digunakan sebagai petunjuk ibadah seperti waktu sholat, penentuan awal bulan melalui ruhyatul hilal maupun hisab hilal, dan juga penentuan gerhana. Jadi ilmu ini sama seperti ilmu dakwah yang sudah ada sejak zaman para nabi.
Setelah kita membahas pengertian kedua bidang keilmuan yang berbeda ini, kita akan membahas mengenai apa hubungan antara ilmu dakwah dengan ilmu falak? Berdasarkan riset dari pengertian kedua ilmu diatas maka dapat dijelaskan bahwa hubungan ilmu dakwah dengan ilmu falak adalah sebagai berikut:
Hubungan Ilmu Dakwah Dengan Ilmu Falak
Hubungan kedua ilmu ini jarang orang mencari tau, kebanyakan orang hanya fokus pada salah satu keilmuan saja. Para penggiat dakwah hanya belajar bagaimana cara berdakwah yang baik, dapat dipahami mad’u, menguasai materi dan panggung. Sampai lupa ilmu-ilmu yang dapat mendukung berjalannya kegiatan dakwah. Namun sebenarnya para pendakwah pun sudah menerapkan kedua ilmu pada satu kegiatan tetapi tidak sadar.
Hubungan dari ilmu dakwah dan ilmu falak adalah ilmu dakwah sebagai ilmu untuk menyampaikan hasil penelitian falak. Sedangkan ilmu falak adalah sebagai pendukung dalam berdakwah. Misalnya dalam ilmu falak meneliti waktu sholat dan arah kiblat. Kemudian gunanya ilmu dakwah adalah menjelaskan tentang keutamaan sholat, syarat sholat, langkah sholat, dan mengapa sholat harus menghadap kiblat. Jadi bagian dari ilmu dakwah adalah untuk menyampaikan maksud dari penelitian ilmu falak.
Jika tidak ada ilmu falak yang menghitung atau menentukan waktu sholat, arah kiblat, penentuan awal bulan, dan penentuan gerhana. Maka, pendakwah akan bingung dalam mengajak orang muslim dalam beribadah. Misalnya dalam penentuan awal bulan, jika tidak ada praktisi-praktisi falak yang melakukan penelitian hisab dan rukyatul hilal, bagaimana seorang pendakwah akan menyampaikan bahwa hari esok sudah memasuki bulan Ramadhan? Inilah mengapa hubungan kedua ilmu ini sebenarnya begitu penting. Tidak ada seorang pendakwah yang berani mengatakan “Besok sudah waktunya kita beribadah puasa Ramadhan!” tetapi tanpa bukti perhitungan dan kesaksian melihat hilal oleh ahli falak.
Lalu bagaimana hubungan penentuan awal bulan dengan pesan dakwah selain diatas? Jadi pesan dakwah dalam penentuan awal bulan Qamariah, khususnya bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:
Pesan Dakwah Dalam Penentuan Awal Bulan Qamariah
Sebelum kita membahas apa pesan dakwah yang ada dalam penentuan awal bulan Qamariah. Sebaiknya kita kupas dahulu apa itu pesan dakwah, agar tidak ada kesalahpahaman nantinya. Jadi pesan dakwah adalah segala sesuatu yang harus disampaikan oleh da'i kepada mad'u, yaitu seluruh ajaran Islam yang ada dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Jenis pesan dakwah sendiri ada tiga yaitu, akidah, ibadah, dan muamalah. Berdasarkan jenis pesan dakwah dalam penentuan awal bulan Qamariah, masuk pada jenis pesan dakwah kedua yakni ibadah. Dimana penentuan awal bulan adalah sebagai petunjuk kapan kita akan beribadah puasa, mulai menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, dan kapan kita boleh berbuka puasa. Tidak hanya waktu puasa, namun ibadah haji, waktu yang baik untuk menyatuni anak yatim piatu, dan masih banyak lainnya, itu semua adalah kajian dari ilmu falak.
Pesan dakwah dalam penentuan awal bulan Qamariah yaitu sebagai petunjuk beribadah puasa di bulan Ramadhan.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa penentuan awal bulan berdasarkan hasil hisab dan rukyah. Sebagai petunjuk kapan dilaksanakannya ibadah puasa dan kapan berakhirnya ibadah puasa. Seorang pendakwah yang akan menyampaikan kapan waktu untuk beribadah puasa selain berdasarkan dalil dalam Qitabullah dan Hadits, juga harus berdasarkan hasil observasi di lapangan yang dilakukan oleh penggiat falak baik hasil hisab maupun hasil rukyah.
Penentuan awal bulan qamariah dijelaskan dalam al-qur'an, salah satunya adalah dalam Q.S Yunus ayat 5 yaitu:
وَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.” (Q.S. Yunus: 5)
Ayat ini menjelaskan tentang perjalanan peredaran bulan dan matahari yang dapat dijadikan acuan sebagai tanda untuk mengetahui tahun dan bulan. Juga memperintahkan agar orang muslim mengetahui tentang perhitungan waktu. Perhitungan waktu ini tidak lain untuk menentukan waktu beribadah, seperti menghitung penentuan awal bulan Ramadhan. Dalam hadits nabi juga menjelaskan tentang datangnya bulan Ramadhan, yang artinya:
“Jika kamu melihat hilal, maka berpuasalah, dan bila kamu melihat hilal maka berbukalah. Jika hilal tertutup awan maka takdirkanlah (kira-kirakanlah) ia.” (HR. Muslim)
Hadits tersebut menjabarkan bahwa jika seseorang telah melihat hilal maka disaat itulah diwajibkan untuk berpuasa. Dalam artian bulan Ramadhan telah datang. Lalu bagaimana cara melihat hilal dan memastikan bahwa pada hari X telah memasuki bulan Ramadhan?
Cara untuk menentukan awal bulan Qamariah ada dua, yaitu hisab dan rukyah. Hisab adalah cara menentukan awal bulan dengan menggunakan metode perhitungan. Untuk menghitung penentuan awal bulan Ramadhan melalui beberapa tahapan yaitu:
Langkah pertama adalah menghitung perkiraan akhir bulan sebelum bulan Ramadhan. Hasil dari langkah pertama adalah berupa tanggal dan hari.
Kemudian yang kedua yaitu mencari saat ijtima’ akhir bulan sebelum bulan Ramadhan. Ijtima’ adalah posisi bulan dititik awal setelah berputar selama sebulan kembali kepada titik awal. Hasil akhir dari mencari ijtima’ adalah berupa waktu atau jam saat posisi bulan berada di titik awal.
Lalu yang ketiga adalah menghitung posisi dan keadaan hilal akhir bulan sebelum bulan Ramadhan. Untuk menentukan posisi dan keadaan hilal maka diperlukan mencari waktu matahari terbenam. Kemudian setelah tahu kapan waktu matahari terbenam maka langkah berikutnya adalah menentukan azimuth matahari. Azimuth adalah arah atau garis yang menunjuk ke titik benda langit. Selanjutnya menentukan tinggi hilal, setelah menentukan tinggi hilal lalu menghitung mukuts atau lamanya hilal diatas ufuk. Tahapan ini menghitung berapa lama hilal terlihat sampai terbenam. Lalu tahap yang terakhir adalah menghitung azimuth dan posisi bulan.
Setelah tahapan hisab selesai maka dapat disimpulkan hasil dari perhitungan hisab tersebut. Menurut MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam Indonesia Malaysia Singapura). Dalam kriteria barunya, bahwa dapat dikatakan bahwa hari X sudah masuk bulan baru itu jika posisi hilal berada pada ketinggian 3°, dan sudut elongasi-nya 6,4°. Elongasi adalah sudut yang dibentuk dari bulan dan matahari yang dilihat dari bumi.
Cara penentuan awal bulan Qamariah kedua adalah dengan rukyah. Rukyah adalah penentuan awal bulan melalui kegiatan observasi langsung di lapangan. Rukyah adalah melihat langsung posisi hilal dengan menggunakan alat-alat pendukung seperti Teleskop, Teropong, Teodolite, dll.
Penentuan awal bulan Qamariah secara rukyah digunakan oleh organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama. Sedangkan hisab digunakan oleh penggiat falak dari Muhammadiyah. Dari kedua cara ini pendakwah mendapatkan hasil untuk di sampaikan kepada mad'u bahwa puasa Ramadhan jatuh pada hari X.
Itulah pesan dakwah dalam penentuan awal bulan Qamariah, melalui kajian relasi keilmuan antara ilmu dakwah dan ilmu falak. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan atau pemahaman dalam penulisan artikel ini mohon koreksinya.
Sumber Bacaan :
Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag. "Ilmu Falak Praktis". (Semarang : PT PUSTAKA RIZKI putra, 2017).
Dr. Bambang Saiful Ma'arif. "KOMUNIKASI DAKWAH Paradigma Untuk Aksi". (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2018).
Penulis: Heru Sofyan
Editor: Dela Anadra
Komentar
Posting Komentar