Langsung ke konten utama

Berbicara Sesuai Kemampuan dan Spesialis Diri

Berbicara sesuai dengan apa yang kamu paham, belajar diam pada sesuatu yang belum kamu paham.
Berbicaralah sesuai dengan kemampuan dan spesialis diri- Ilustrasi (doc.pinterest/@mojodotco)

لا تتكلم فيما لا تعلم فتُتَّهم فيما تعلم

Jangan berbicara pada sesuatu yang tidak kamu ketahui, karena bisa jadi kamu akan diragukan pada sesuatu yang kamu ketahui.”

JAWABAN.COM- Kemampuan berkomunikasi didapatakan oleh siapa saja yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Apalagi manusia, hewan dan tumbuhan pun dapat berinteraksi dengan sesamanya sesuai dengan kehendak Allah SWT. Namun pada kalangan manusia, salah satu sebab rusaknya generasi penerus bangsa adalah adanya pemaksaan kepada individu untuk berbicara tidak sesuai dengan pengetahuannya. 

Baca Juga: Rasulullah Sebagai Suri Tauladan Dalam Kepemimpinan

Sebagai contoh ketika seorang pemuka agama yang tidak menguasi ilmu kesehatan memaksakan dirinya berbicara tentang kesehatan, alhasil timbulah opini-opini menyesatkan mengenai kesehatan. Seorang petani yang tidak menggeluti ilmu agama memaksakan dirinya berbicara agama, alhasil timbulah opini menyesatkan mengenai agama. 

Sobat Reders, sudah sepantasnya kita sebagai generasi penerus bangsa tidak memaksakan diri dan menghormati spesialisasi penguasaan orang lain. Sebaiknya kita menekuni keharusan yang sudah diwajibkan dan keluasan pengetahuan yang sedang kita hadapi. 


Contoh berikutnya, seorang dokter dibully karena mengungkap statement tentang makan yang dibersamai dengan minum. Secara medis, seorang dokter itu mengungkap tidak ada masalah dengan hal tersebut, tetapi statement ini tidak begitu masyhur dikalangan masyarakat. Masyarakat lebih mempercayai review seorang selebgram yang menjelaskan bahwa makan dibersamai dengan minum itu tidak sehat, padahal notabene selebgram tersebut tidak menguasi ilmu kesehatan.

Sobat Readers, ini pentingnya kita mengetahui kelayakan orang lain dan menghormatinya. Kita tidak boleh menebar opini yang berisiko merugikan dan menyalahi aturan yang seharusnya. Ternyata hal ini sudah dicontohkan oleh Beliau, Rasulullah ﷺ

Baca Juga: Gus Miftah : Maksiat Sombong Potensi Tidak Diampuninya Dosa

Dahulu ketika Rasulullah ‎ﷺ didatangi oleh Jin Ifrit yang mengganggu sholatnya, Beliau ‎ﷺ sungguh ingin memajang Ifrit didepan penduduk Madinah. Lantas apakah Beliau benar-benar melakukannya? Tidak! Beliau tidak melakukannya karena Beliau merasa perbuatan tersebut adalah spesialisasi dari Nabiyullah Sulaiman.

Rasulullah ‎ﷺ  saja sangat menghormati spesialisasi Nabi Sulaiman yang tentunya jika dibandingkan Rasulullah memiliki kemuliaan yang lebih dari Nabi Sulaiman.


Eh sekarang muncul berbagai platform media sosial seperti, Tiktok, Instagram, Youtube, atau bahkan ceramah-ceramah di dunia nyata dimana sekumpulan manusia memaksakan dirinya berbicara diluar kemampuannya. Ngeri ya, Sobat Reader?

Belum menguasai atau pernah belajar fiqh, berani ngomongin fiqh, belum pernah belajar aqidah berani ngomongin aqidah, belum pernah belajar biologi berani ngomongin biologi, belum pernah belajar fisika berani ngomongin fisika, dan lain-lain. Na'udzubillah.

Baca Juga: Gus Iqdam : Jangan Nilai Orang Dari Luarnya Saja

لو سكت من لا يعرف لقل الخلاف
“Andaikata orang-orang yang tidak paham itu diam, niscaya perpecahan tidak akan banyak.”

Sobat Readers, Pahami kemampuan! Mari mulai berbicara sesuai kemampuan! Belajarlah untuk diam pada sesuatu yang kamu sendiri paham kalo kamu tidak mampu!

Penulis : Raudatunnisa

Editor: Fikriya Labiba

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kampung Melayu Semarang, Wisata Budaya Sekaligus Sejarah

Kampung Melayu yang berada di Kota Semarang. Wajah baru Kampung Melayu Semarang pada (04/11) (Dok. Putri Afifah) JAWABAN.COM- Kota Semarang merupakan ibu kota dari provinsi jawa Tengah, dimana berbagai cagar budaya terdapat didalamnya. Salah satu yang paling dikenal adalah kawasan Kota Lama. Tidak jauh dari kawasan tersebut terdapat sebuah perkampungan multi-etnis bernama Kampung Melayu. Kampung Melayu yang berkembang dari abad ke-17 ini menjadi tempat pusat perdagangan dan juga penyebaran agama di Kota Semarang. Disini menjadi awal bertemunya pedagang yang berasal dari Tiongkok, Gujarat India, dan Yaman. Sebagian dari mereka secara turun temurun membaur dengan warga lokal dan melahirkan beragam budaya.  Baca Juga:  Kampung Melayu, Pusat Perdagangan Semarang Dimasa Lampau Seorang warga lokal, Dwijo (58) menyatakan bahwa dulunya kawasan Kampung Melayu ini adalah sebuah kanal untuk jalur perdagangan yang banyak dilewati kapal dagang berbagai barang dagangan. maka dari itu banya...

Makam Wali Allah Habib Hasan, Tempat Untuk Ziarah di Semarang

Makam Wali Allah Habib Hasan bin Thoha bin Yahya Kota Semarang Bangunan makam Habib Hasan bin Thoha Kota Semarang (dok. Kholid Rahamatullah) JAWABAN.COM -  Pertama kali saya mengunjungi tempat untuk ziarah di Semarang. Nama makam tersebut “Makam Waliullah Habib Hasan Bin Thoha Bin Yahya” pada Minggu (26/11). Ketika mengunjungi tempat tersebut saya merasa kagum akan keindahan dan furniture yang berada di luar makam tersebut. Sebelum memasuki makam, alangkah lebih baiknya mengambil air wudhu terlebih dahulu karena ziarah dalam keadaan suci menjadi lebih baik. Sebelah makam terdapat tempat untuk ibadah yang tidak begitu luas namun cukup untuk mengadakan sholat Jumat disana. Baca Juga:  Makam Habib Hasan Wisata Reliji Semarang. Di makam Habib Hasan Bin Thoha saya membaca doa untuk almarhum bersama dengan rombongan yang tidak saya ketahui. Setelah membaca doa untuk almarhum saya berbincang cukup banyak kepada salah satu pengunjung rombongan, yakni Rohmah.  “Sebenernya rombonga...

Sejarah Makam Habib Toha Ada Di Tengah Perkotaan

Makam Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya terletak di Jalan Depok, Kembangsari, Semarang. Makam tersebut terletak di tengah perkotaan. Makam Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya, Jln, Depok, Kembangsari Semarang (dok. JAWABAN.COM/Afifah) JAWABAN.COM - Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya, seorang Habib atau keturunan Nabi Muhammad yang berdakwah di tanah Nusantara. Habib Toha melaukan dakwah di Nusantara berawal dari tragedi penyelamatan Sri Sultan Hamengkubuwono I dari Koloni Belanda. Setelah tragedi itu, Habib Toha meminang anak Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai istrinya. Kisah dakwahnya di Yogyakarta, Habib Toha berdakwah sambil berdagang tekstil. Tekstil yang dijualnya adalah kain-kain khas Yogyakarta. Perjalanan dagangnya dimulai dari pesisir selatan (Yogyakarta) sampai pesisir utara (Semarang). Pelabuhan Semarang menjadi titik dagang tekstil Habib Toha. Setelah beberapa tahun berdagang di Semarang, Habib Toha mendirikan Padepokan (Pesantren). Baca Juga : Pesantren Life Skill Daarun Na...