Langsung ke konten utama

Momentum Kongres Pemuda II, Lahirnya Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 22 Oktober.

Ilustrasi peserta rapat Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda (Dok. Pinterest/Jawhed)

JAWABAN.COM- Sumpah Pemuda lahir ketika Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II adalah usulan dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) atau organisasi para pelajar Indonesia. Kongres tersebut dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. 

Sejarah Sumpah Pemuda merupakan sebuah momentum yang tidak boleh dilupakan, karena sejarah tersebut berisi tekad para pemuda dalam menanamkan rasa cinta tanah air untuk menuju kemerdekaan Indonesia.

Kongres Pemuda II berhasil merumuskan suatu ikrar yang disebut Sumpah Pemuda dan pertama kali diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Soepratman dengan menggunakan biola tanpa syair.

Baca Juga: Majlis Dzikir Maulid ar-Rasul: Peringati Haul Kecamatan Ngaliyan dan Hari Santri Nasional 2023

Gedung Katholieke Jongenlingen Bond merupakan tempat diselenggaranya rapat pertama Kongres Pemuda II pada tanggal 27 Oktober 1928. Pada Kongres tersebut Soegondo dan Moehammad Yamin menjelaskan tentang arti penting persatuan dengan pemuda Indonesia.

Rapat kedua Kongres Pemuda II dilaksanakan di Gedung Oost-Java Bioscoop pada tanggal 28 Oktober 1928. Dalam rapat kali tersebut, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro membahas tentang pendidikan kebangsaan yang seimbang baik di sekolah atau di rumah terhadap anak.

Baca Juga: Semarang Memperingati Hari Santri Nasional 2023

Pada rapat ketiga sendiri berada di hari yang sama pada rapat kedua, namun tempatnya pindah ke Gedung Indonesische Clubgebouw. Pada rapat itu dijelaskan oleh Sunario mengenai pentingnya nasionalisme dan demokrasi.

Sedangkan Ramelan menyampaikan mengenai gerakan kepanduan yang tidak dapat dipisahkan dari pergerakan nasional.

Ketika sesi terakhir pada rapat ketiga tersebut, Moehammad Yamin memberikan secarik kertas kepada Soegondo selaku pimpinan kongres sembari berbisik Ik heb been eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai formulasi yang lebih elegan untuk keputusan kongres ini) dan disetujui oleh Soegondo serta mendapat respon positif. Kemudian Moehammad Yamin menjelaskan secara detail.

Baca Juga: PSGA dan KUPI Goes to Campus: Seminar Perlindungan Perempuan Dari Pemaksaan Perkawinan di Kalangan Mahasiswa

Setelah itu para pemuda membacakan rumusan hasil Kongres Pemuda II. Pembacaan Sumpah Pemuda tersebut juga menjadi awal bagi para pemuda untuk bersatu di atas segala perbedaan untuk sebuah kemerdekaan bangsa Indonesia.

Berikut tiga butir isi dari ikrar Sumpah Pemuda:

1. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.

2. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

3. Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Baca Juga: Festival Wayang Orang Semarang, Menyatukan yang Muda dan Tua

Kemudian, pada tanggal 28 Oktober pemerintah menetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda. Dengan begitu, kita sebagai pelajar dan generasi penerus harus selalu menjunjung tinggi nilai persatuan yang selaras dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Penulis: Dela Anadra

Editor: Fikriya Labiba

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kampung Melayu Semarang, Wisata Budaya Sekaligus Sejarah

Kampung Melayu yang berada di Kota Semarang. Wajah baru Kampung Melayu Semarang pada (04/11) (Dok. Putri Afifah) JAWABAN.COM- Kota Semarang merupakan ibu kota dari provinsi jawa Tengah, dimana berbagai cagar budaya terdapat didalamnya. Salah satu yang paling dikenal adalah kawasan Kota Lama. Tidak jauh dari kawasan tersebut terdapat sebuah perkampungan multi-etnis bernama Kampung Melayu. Kampung Melayu yang berkembang dari abad ke-17 ini menjadi tempat pusat perdagangan dan juga penyebaran agama di Kota Semarang. Disini menjadi awal bertemunya pedagang yang berasal dari Tiongkok, Gujarat India, dan Yaman. Sebagian dari mereka secara turun temurun membaur dengan warga lokal dan melahirkan beragam budaya.  Baca Juga:  Kampung Melayu, Pusat Perdagangan Semarang Dimasa Lampau Seorang warga lokal, Dwijo (58) menyatakan bahwa dulunya kawasan Kampung Melayu ini adalah sebuah kanal untuk jalur perdagangan yang banyak dilewati kapal dagang berbagai barang dagangan. maka dari itu banya...

PSGA dan KUPI Goes to Campus: Seminar Perlindungan Perempuan Dari Pemaksaan Perkawinan di Kalangan Mahasiswa

Kita harus mengetahui dampak dari pernikahan dini yang disebabkan oleh pemaksaan pernikahan. Foto Bersama Dalam Seminar Perlindungan Perempuan Dari Pemaksaan di Kalangan Mahasiswa. (dok. Titik Rahmawati) JAWABAN.COM- Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia dalam program "KUPI Goes to Campus" untuk mengadakan diskusi dengan tema "Seminar Perlindungan Perempuan dari Pemaksaan Perkawinan di Kalangan Mahasiswa" pada Jumat (20/10).  Diskusi ini dilaksanakan di Ruang Teater lantai 4 Gedung Information Communication Technologies (ICT) dan Perpustakaan Kampus 3 UIN Walisongo Semarang. Pemateri dalam seminar diskusi ini adalah Drs. Sri Dewi Indarjati, MM dan Dr. Khoirotin Nisa, MH yang dimoderatori oleh Ella Izzatin Nada, M.Pd. Baca Juga:  Expo Kemandirian Pesantren Sebagai Ajang Sosialisasi Pesantren Diskusi dibuka dengan sambutan dari Titik Rahmawati, M.Ag selaku Kepala PSGA UIN Walisong...

Sejarah Makam Habib Toha Ada Di Tengah Perkotaan

Makam Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya terletak di Jalan Depok, Kembangsari, Semarang. Makam tersebut terletak di tengah perkotaan. Makam Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya, Jln, Depok, Kembangsari Semarang (dok. JAWABAN.COM/Afifah) JAWABAN.COM - Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya, seorang Habib atau keturunan Nabi Muhammad yang berdakwah di tanah Nusantara. Habib Toha melaukan dakwah di Nusantara berawal dari tragedi penyelamatan Sri Sultan Hamengkubuwono I dari Koloni Belanda. Setelah tragedi itu, Habib Toha meminang anak Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai istrinya. Kisah dakwahnya di Yogyakarta, Habib Toha berdakwah sambil berdagang tekstil. Tekstil yang dijualnya adalah kain-kain khas Yogyakarta. Perjalanan dagangnya dimulai dari pesisir selatan (Yogyakarta) sampai pesisir utara (Semarang). Pelabuhan Semarang menjadi titik dagang tekstil Habib Toha. Setelah beberapa tahun berdagang di Semarang, Habib Toha mendirikan Padepokan (Pesantren). Baca Juga : Pesantren Life Skill Daarun Na...