Langsung ke konten utama

Makam Mbah Depok, Wisata Religi Yang Menarik di Tengah Kota Semarang

Makam Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya yang terletak di tengah Kota Semarang

Komplek pemakaman Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya di Jl. Depok Semarang. (Dok.Pribadi/Putri Afifah)

JAWABAN.COM- Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya merupakan salah satu ulama di Jawa yang melakukan kegiatan dakwah sambil berdagang. Banyak orang yang mengenal Habib Thoha dengan sebutan Mbah Depok. Disebut Mbah Depok karena dimakamkan di Jalan Depok, Kembangsari, Kota Semarang. Dimana jalan tersebut dulunya merupakan padepokan (pondok) yang didirikan oleh Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya.           

Makam Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya ini menjadi salah satu makam ulama yang terletak di tengah Kota Semarang. Memiliki bentuk bangunan mewah dan terletak di pinggir jalan raya dapat membuat orang yang melintas merasa tertarik dan penasaran terhadap bangunan tersebut. 

Baca Juga: Sejarah Makam Habib Toha Ada Di Tengah Perkotaan

Seorang ketua dari yayasan yang didirikan oleh Mbah Depok, Solikhin (41) menyatakan bahwa banyak peziarah yang datang setiap harinya, baik untuk berziarah atau berwisata. Memiliki bangunan beraksen Timur Tengah bak Masjid Madinah tersebut pastinya dapat membuat penasaran ketika melintasi komplek pemakaman Mbah Depok.

"Bisa dibilang makam Habib Thoha atau Mbah Depok ini selalu ramai. Namun, lebih ramainya yaitu pada saat hari kamis malam jumat dan hari minggu malam senin, karena pada hari minggu biasanya terdapat para santri yang melakukan khataman atau ngaji bersama di sekitar makam. Serta banyak juga para kalangan mahasiswa yang sering berziarah di makam Mbah Depok pada hari kamis malam jumat," jelas Solikhin ketika diwawancarai pada Sabtu (25/11)

Letak makam ini berada di sekitar gedung-gedung tinggi, namun hal ini tidak membuat makam Mbah Depok sepi pengunjung dan malah membuat makam Mbah Depok mudah untuk ditemukan. Untuk menuju ke makam Mbah Depok hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 15-20 menit karena tidak begitu jauh dari pusat Kota Semarang.

Baca Juga: Makam Habib Hasan, Tempat Wisata Religi yang Menenangkan di Semarang

Jika para peziarah datang dari arah Tugu Muda, bisa mengambil jalur menuju Mall Paragon dan berbelok di Jalan M.H Thamrin, kemudian mengambil arah ke Jalan Depok dengan bantuan maps. Mungkin para peziarah akan merasa lebih jauh rutenya, karena jalan raya di depan makam hanya bisa dilewati kendaraan satu jalur saja, sehingga peziarah harus masuk ke jalan M.H Thamrin terlebih dahulu.

Makam Mbah Depok yang terletak persis di samping jalan raya. (Dok.Pribadi/Putri Afifah)

Para peziarah yang akan mengunjungi makam Mbah Depok tidak akan dikenai biaya apapun. Menurut penuturan dari ketua yayasan yang mengelola padepokan tersebut, biaya perbaikan makam Mbah Depok didapatkan dari para donatur atau para santri dari Habib Luthfi bin Yahya, salah satu ulama dari Pekalongan yang merupakan keluarga dari Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya atau Mbah Depok.

Baca Juga: Berkah Makam Habib Hasan, UMKM Desa Lamper Kidul Naik

Para peziarah dapat berfoto dengan background putih yang berasal dari cat bangunan makam Mbah Depok. Di pelataran makam Mbah Depok terdapat lima pohon kurma yang awalnya ada delapan pohon kurma, namun tiga diantaranya harus ditebang karena mati. Hal tersebut dapat menjadi daya tarik para peziarah untuk mengunjungi makam Mbah Depok, selain karena Beliau merupakan salah satu ulama yang ada di Semarang.

Bagian dalam komplek pemakaman mbah depok. (Dok.Pribadi/Putri Afifah)

Untuk para peziarah yang berasal dari Kota Semarang dan sekitarnya, makam Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya bisa menjadi salah satu rekomendasi tempat untuk melakukan ziarah.

Penulis : Putri Afifah Fitrianingtyas

Editor: Dela Anadra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kampung Melayu Semarang, Wisata Budaya Sekaligus Sejarah

Kampung Melayu yang berada di Kota Semarang. Wajah baru Kampung Melayu Semarang pada (04/11) (Dok. Putri Afifah) JAWABAN.COM- Kota Semarang merupakan ibu kota dari provinsi jawa Tengah, dimana berbagai cagar budaya terdapat didalamnya. Salah satu yang paling dikenal adalah kawasan Kota Lama. Tidak jauh dari kawasan tersebut terdapat sebuah perkampungan multi-etnis bernama Kampung Melayu. Kampung Melayu yang berkembang dari abad ke-17 ini menjadi tempat pusat perdagangan dan juga penyebaran agama di Kota Semarang. Disini menjadi awal bertemunya pedagang yang berasal dari Tiongkok, Gujarat India, dan Yaman. Sebagian dari mereka secara turun temurun membaur dengan warga lokal dan melahirkan beragam budaya.  Baca Juga:  Kampung Melayu, Pusat Perdagangan Semarang Dimasa Lampau Seorang warga lokal, Dwijo (58) menyatakan bahwa dulunya kawasan Kampung Melayu ini adalah sebuah kanal untuk jalur perdagangan yang banyak dilewati kapal dagang berbagai barang dagangan. maka dari itu banya...

Wisata Embung Kledung, Definisi Berwisata Sambil Bersyukur

  Wisata Embung Kledung, definisi berwisata sambil bersyukur.  Keindahan Gunung Sindoro di Embung Kledung (Dok. Putri Afifah) Assalamu'alaikum, Reader! Siapa nih Sobat Readers yang hobinya healing?   tentu harus dong healingnya bernilai ibadah. Sini deh mimin kasih tahu, rekomendasi tempat healing yang berpotensi buat kita bersyukur akan kebesaran Allah SWT. Sobat Readers, tentu ga asingkan sama ayat ini : فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" pasti sobat Readers sudah tidak asing lagi dengan ayat di surah Ar-Rahman tersebut. salah satu tugas kita sebagai manusia adalah mensyukuri nikmat yang sudah diberikan Allah SWT terhadap umat manusia. salah satunya adalah kita masih bisa bernafas hingga detik ini dan bisa menikmati keindahan yang Allah beri. Tempat wisata alam bisa menjadikan kita lebih bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Kali ini ada salah satu rekomendasi wisata yang bisa masuk ke tujuan Sobat R...

Sejarah Perkembangan Produk Pers di Indonesia

Produk Pers Indoneisa (dok.jawaban.com/Biba) Assalamu'alaikum, Readers! Sebuah dinding yang penuh tulisan rapi, dengan judul diatasnya “Produk Pers”. Dinding ini dijumpai di dalam Monumen Pers Nasional, Solo. Seorang mahasiswa dari UIN Walisongo Semarang, berdiri menghadap dinding tersebut yang seolah-olah bercerita kepadanya tentang peradaban pers dari masa kemasa. Berikut dinding bercerita padanya : Sejarah pers di Indonesia bermula dari adanya penjajahan. Pada tahun 1615 Masehi orang-orang Belanda yang menduduki Batavia, Kepulauan Ambon, dan Maluku memiliki bahan bacaan yang berjudul Memorie der Nouvelles. Sebuah catatan yang dikhususkan untuk bacaan mereka. Dimasa itulah pers di Indonesia mulai berkembang, yang dipelopori oleh para koloni Belanda di tanah Nusantara. Setelah catatan yang berjudul Memorie der Nouvelles muncul, lahirlah produk cetak pertama pemerintah Hindia-Belanda yang bernama Bongaaish Verdag  pada 15 Maret 1668. Baca juga : Rilis Tema dan Logo Hari Santri Nas...