Langsung ke konten utama

Rilis Tema dan Logo Hari Santri Nasional 2023, Ternyata Ini Makna dan Filosofinya

Siapa nih yang nungguin tema dan logo Hari Santri Nasional tahun ini?

Logo Hari Santri Nasional 2023 (dok. Kemenag RI)

Assalamu'alaikum Reader!

JAWABAN.COM- Diantara kalian pasti ada yang selalu menunggu rilisan tema dan logo untuk perayaan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober.

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas telah merilis logo dan tema untuk Hari Santri Nasional 2023.

Launching logo dan tema ini dilaksanakan di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta pada Jumat (6/10/2023).

Baca Juga: Ilmu Fiqih, Pentingnya Untuk Kita Pelajari!

Tema Hari Santri Nasional 2023

Untuk tahun ini tema yang akan diusung yakni, “Jihad Santri Jayakan Negeri”.

Diusungnya tema tersebut karena para santri diajak dalam perjuangan membangun kejayaan negeri dengan jihad intelektual pada era transformasi digital pada masa kini.

Tema ini juga bisa dimaknai secara historis dan kontekstual.

Apabila secara historis, tema ini menajdi pengingat bahwa para santri juga punya andil yang besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Masjid Syeikh Zayed: Replika Keindahan Grand Mosque di Abu Dhabi

Sedangkan secara kontekstual, para santri juga harus ikut berkontribusi melawan kebodohan dan ketertinggalan di era tranformasi digital berdasarkan nilai keagamaan yang moderat.

Makna dan Filosofi Logo Hari Santri Nasional 2023

Melansir dari laman resmi Kemenag, makna dan filosofi logo tersebut adalah:

Baca Juga: Gus Miftah : Maksiat Sombong Potensi Tidak Diampuninya Dosa

1. Bendera Merah Putih dan Api yang Berkobar.

Mengandung makna semangat nasionalisme. Salah satu ciri yang melekat pada diri santri adalah mencintai tanah air (hubbub al-wathan).

2. Jaringan Digital.

Mengandung makna transformasi teknologi digital. Santri juga turut melakukan transformasi teknologi digital.

Baca Juga: Gus Iqdam : Jangan Nilai Orang Dari Luarnya Saja

3. Empat Pilar.

Bermakna empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

4. Titik Berwarna Kuning di Atas Empat Pilar.

Mengandung makna santri siaga menjaga empat pilar kebangsaan.

Baca Juga: Bullying Dalam Pandangan Islam

5. Simbolisasi Huruf Nun.

Bentuk huruf nun yang menyerupai tempat tinta adalah simbol pengetahuan.

6. Goresan Tinta.

Mengandung makna jihad santri zaman ini adalah mengembangkan ilmu pengetahuan pesantren dengan kemajuan teknologi demi kejayaan negeri.

Baca Juga: Wisata Embung Kledung, Definisi Berwisata Sambil Bersyukur

Sedangkan untuk warnanya ada 5 dan bermakna:

1. Warna merah mencerminkan semangat yang menyala dalam berjuang.

2. Warna putih melambangkan kesucian dan kemurnian.

3. Warna hijau sering dikaitkan dengan Islam dan warna ini mencerminkan nilai‑nilai agama, kedamaian, dan pertumbuhan.

Baca Juga: Ilmu Fiqih, Pentingnya Untuk Kita Pelajari!

4. Warna orange menciptakan kontras dan eceriaan, menggambarkan semangat, antusiasme, dan energi dalam upaya memajukan negeri.

5. Warna biru adalah lambang kecerdasan dan kebijaksanaan.

Buat kalian yang ingin men-download logo bisa klik link di bawah ini:

https://ditpdpontren.kemenag.go.id/artikel/unduh-logo-dan-filosofi-hari-santri-2023

Jika ada yang ingin menonton ulang launching ini, bisa kalian tonton di Youtube Kemenag RI.


Editor: Fikriya Labiba


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kampung Melayu Semarang, Wisata Budaya Sekaligus Sejarah

Kampung Melayu yang berada di Kota Semarang. Wajah baru Kampung Melayu Semarang pada (04/11) (Dok. Putri Afifah) JAWABAN.COM- Kota Semarang merupakan ibu kota dari provinsi jawa Tengah, dimana berbagai cagar budaya terdapat didalamnya. Salah satu yang paling dikenal adalah kawasan Kota Lama. Tidak jauh dari kawasan tersebut terdapat sebuah perkampungan multi-etnis bernama Kampung Melayu. Kampung Melayu yang berkembang dari abad ke-17 ini menjadi tempat pusat perdagangan dan juga penyebaran agama di Kota Semarang. Disini menjadi awal bertemunya pedagang yang berasal dari Tiongkok, Gujarat India, dan Yaman. Sebagian dari mereka secara turun temurun membaur dengan warga lokal dan melahirkan beragam budaya.  Baca Juga:  Kampung Melayu, Pusat Perdagangan Semarang Dimasa Lampau Seorang warga lokal, Dwijo (58) menyatakan bahwa dulunya kawasan Kampung Melayu ini adalah sebuah kanal untuk jalur perdagangan yang banyak dilewati kapal dagang berbagai barang dagangan. maka dari itu banya...

Makam Wali Allah Habib Hasan, Tempat Untuk Ziarah di Semarang

Makam Wali Allah Habib Hasan bin Thoha bin Yahya Kota Semarang Bangunan makam Habib Hasan bin Thoha Kota Semarang (dok. Kholid Rahamatullah) JAWABAN.COM -  Pertama kali saya mengunjungi tempat untuk ziarah di Semarang. Nama makam tersebut “Makam Waliullah Habib Hasan Bin Thoha Bin Yahya” pada Minggu (26/11). Ketika mengunjungi tempat tersebut saya merasa kagum akan keindahan dan furniture yang berada di luar makam tersebut. Sebelum memasuki makam, alangkah lebih baiknya mengambil air wudhu terlebih dahulu karena ziarah dalam keadaan suci menjadi lebih baik. Sebelah makam terdapat tempat untuk ibadah yang tidak begitu luas namun cukup untuk mengadakan sholat Jumat disana. Baca Juga:  Makam Habib Hasan Wisata Reliji Semarang. Di makam Habib Hasan Bin Thoha saya membaca doa untuk almarhum bersama dengan rombongan yang tidak saya ketahui. Setelah membaca doa untuk almarhum saya berbincang cukup banyak kepada salah satu pengunjung rombongan, yakni Rohmah.  “Sebenernya rombonga...

Sejarah Makam Habib Toha Ada Di Tengah Perkotaan

Makam Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya terletak di Jalan Depok, Kembangsari, Semarang. Makam tersebut terletak di tengah perkotaan. Makam Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya, Jln, Depok, Kembangsari Semarang (dok. JAWABAN.COM/Afifah) JAWABAN.COM - Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya, seorang Habib atau keturunan Nabi Muhammad yang berdakwah di tanah Nusantara. Habib Toha melaukan dakwah di Nusantara berawal dari tragedi penyelamatan Sri Sultan Hamengkubuwono I dari Koloni Belanda. Setelah tragedi itu, Habib Toha meminang anak Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai istrinya. Kisah dakwahnya di Yogyakarta, Habib Toha berdakwah sambil berdagang tekstil. Tekstil yang dijualnya adalah kain-kain khas Yogyakarta. Perjalanan dagangnya dimulai dari pesisir selatan (Yogyakarta) sampai pesisir utara (Semarang). Pelabuhan Semarang menjadi titik dagang tekstil Habib Toha. Setelah beberapa tahun berdagang di Semarang, Habib Toha mendirikan Padepokan (Pesantren). Baca Juga : Pesantren Life Skill Daarun Na...